"Oleh karena itu, penggunaan air sebaiknya lebih hemat dan kurangi aktivitas bakar-membakar," ujar Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Senin (27/6/2011).
Meski suhu udara belakangan ini dirasakan warga ibu kota terasa lebih panas, dikatakan Edvin tidak ada perbedaan suhu yang besar antara di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara. Sebab, semua akan mendapat cahaya terik matahari yang sama.
Perbedaannya, diungkapkan Edvin, terletak pada faktor non-iklim karena kawasan Jakarta Selatan lebih banyak memiliki pepohonan yang tentu saja akan membuat daerah itu menjadi lebih sejuk. Ditambahkannya, dampak awal musim kemarau untuk Jakarta adalah polutan yang terkungkung di lapisan udara bawah atau ketinggian yang kurang dari 1 kilometer pada sore hari.
"Polutan berasal dari asap kendaraan, asap pabrik, dan debu itu tidak tercuci karena tak ada hujan," katanya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Informasi BMKG, Harry Tirto Djatmiko, menambahkan, dalam satu minggu ke depan wilayah DKI Jakarta masih berpeluang diguyur hujan ringan dengan intensitas 0,1-5,0 milimeter per jam atau 5-20 milimeter per hari. Sementara hujan sedang berpotensi terjadi di wilayah Jakarta bagian selatan pada sore dan malam hari dengan intensitas 5,0-10,0 milimeter per jam atau 20-50 milimeter per hari.
“Potensi hujan terjadi karena adanya daerah tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera serta pumpunan angin yang memanjang dari Sumatera bagian utara hingga Laut China Selatan,” katanya.
Penumpukan massa udara terjadi di wilayah Sumatera bagian utara dan selatan, Kalimantan bagian barat dan utara, Sulawesi bagian tengah, Maluku bagian tengah, Papua Barat serta Papua bagian utara dan tengah. Hal itu, sambungnya, memberi dampak pada kemungkinan terjadinya hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2011/06/28/09452527/Puncak.Kemarau.Diprediksi.Agustus
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentarnya ya, nuhun ...