Sang Perawan Molek dari Subang
detikTravel Community - Saat
melancong ke Subang, Jawa Barat, cobalah mengunjungi Curug Cileat. Air
terjun ini memiliki kecantikan yang menggoda, dan paling penting belum
banyak orang yang mengetahuinya, bagaikan perawan molek tak terjamah.
Curug Cileat merupakan curug yang terletak di Kampung Cibago, Desa Mayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Untuk dapat menggapai lokasi itu, dari Kota Bandung Rute perjalanannya dapat ditempuh melalui Jl Raya Subang, Bandung.
Setelah sampai di pertigaan Jalan Cagak kemudian berbelok ke kanan menuju jalan raya Tanjung Siang-Sumedang. Setelah berada di Desa Gardusayang di samping kanan jalan raya terdapat jalan desa yang diberi tanda plang kecil penunjuk arah yang bertuliskan "Curug Cileat".
Dari belokan ini kita akan melewati perkampungan penduduk terlebih dahulu yaitu menuju Desa Mayang. Juga, salah satu kampung yang paling ujung menuju curug, yaitu Kampung Cibago. Apabila menggunakan kendaraan bermotor dari Desa Gardusayang sampai gerbang parkiran objek wisata Curug Cileat itu dapat ditempuh kira-kira 20 menit saja.
Harga tiket masuknya hanya Rp 5.000/orang itu pun masih dikelola oleh Karang Taruna setempat saja. Suasana alam yang penuh dengan limpahan air sudah mulai terlihat. Perbukitan yang menjulang tinggi melingkar memagari kealamian tempat itu dengan undakakan terasering sawah di bagian bawahnya.
Trek menuju Curug Cileat cukup jelas walaupun jarang ada yang berkunjung. Trek tersebut ternyata jalur untuk para petani ketika pergi menuju lahan garapannya. Di bagian bawah dari trek itu terdapat alur sungai yang berwarna jernih yang menunjukkan arah menuju beberapa curug yang menjadi pengisinya, termasuk di dalamnya adalah Curug Cileat.
Ada hal yang istimewa dari objek wisata ini. Sebelum kita sampai ke curug itu, dari trek yang hanya satu jalur yang dapat dilalui itu kita akan disuguhi oleh 3 air terjun (curug) terlebih dahulu. Di mana semakin tinggi jalur yang dilintasi, maka semakin bagus dan tinggi pula bentukan curug yang disuguhkannya.
Jarak antara curug satu ke curug dua itu dapat ditempuh dengan waktu 15 menit. Kemudian dari curug 2 menuju curug 3 hanya 15 menit, sedangkan dari curug 3 menuju curug ke-4 atau curug utama (Cileat) dapat ditempuh hanya 30 menit saja.
Morofologi menuju curug utama (Cileat) sangat sempit. Suasananya mulai gelap karena rumpun bambu dan kayu-kayu besar menaungi sepanjang jalur lintasan. Sesekali terdengar suara monyet liar dan beraneka burung yang berwarna-warni.
Reliefnya membentuk huruf "n", di bagian tengahnya terdapat dua curug yang mengalir jatuh dengan deras yang saling berdampingan, inilah yang dimaksud dengan curug utama yaitu Curug Cileat. Namun, tidak terlalu banyak gambar yang saya abadikan di lokasi curug utama ini.
Pengaruh benturan air yang jatuh ke tumpukan batuan yang berada di bagian dasarnya membentuk hembusan angin yang sangat kencang. Percikan air yang terbawa membuat kamera dan badan sayapun lebih cepat basah kuyup karena pengaruhnya.
saat itupun saya berpikir dan sedikit berlama-lama di sana, membayangkan semoga ada teman lain yang datang menyusul mengunjungi objek ini. Tetapi sampai saya turun kembali ke kaki gunung tak satu pun bertemu dengan wisatawan lain yang akan berkunjung ke curug ini, padahal saat itu hari Minggu.
Sungguh pengalaman yang mengesankan dapat melihat pemandangan alam yang tidak dapat ditemui di tengah-tengah kota itu. Semoga objek tersebut selalu terjaga keindahannya.
Curug Cileat merupakan curug yang terletak di Kampung Cibago, Desa Mayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Untuk dapat menggapai lokasi itu, dari Kota Bandung Rute perjalanannya dapat ditempuh melalui Jl Raya Subang, Bandung.
Setelah sampai di pertigaan Jalan Cagak kemudian berbelok ke kanan menuju jalan raya Tanjung Siang-Sumedang. Setelah berada di Desa Gardusayang di samping kanan jalan raya terdapat jalan desa yang diberi tanda plang kecil penunjuk arah yang bertuliskan "Curug Cileat".
Dari belokan ini kita akan melewati perkampungan penduduk terlebih dahulu yaitu menuju Desa Mayang. Juga, salah satu kampung yang paling ujung menuju curug, yaitu Kampung Cibago. Apabila menggunakan kendaraan bermotor dari Desa Gardusayang sampai gerbang parkiran objek wisata Curug Cileat itu dapat ditempuh kira-kira 20 menit saja.
Harga tiket masuknya hanya Rp 5.000/orang itu pun masih dikelola oleh Karang Taruna setempat saja. Suasana alam yang penuh dengan limpahan air sudah mulai terlihat. Perbukitan yang menjulang tinggi melingkar memagari kealamian tempat itu dengan undakakan terasering sawah di bagian bawahnya.
Trek menuju Curug Cileat cukup jelas walaupun jarang ada yang berkunjung. Trek tersebut ternyata jalur untuk para petani ketika pergi menuju lahan garapannya. Di bagian bawah dari trek itu terdapat alur sungai yang berwarna jernih yang menunjukkan arah menuju beberapa curug yang menjadi pengisinya, termasuk di dalamnya adalah Curug Cileat.
Ada hal yang istimewa dari objek wisata ini. Sebelum kita sampai ke curug itu, dari trek yang hanya satu jalur yang dapat dilalui itu kita akan disuguhi oleh 3 air terjun (curug) terlebih dahulu. Di mana semakin tinggi jalur yang dilintasi, maka semakin bagus dan tinggi pula bentukan curug yang disuguhkannya.
Jarak antara curug satu ke curug dua itu dapat ditempuh dengan waktu 15 menit. Kemudian dari curug 2 menuju curug 3 hanya 15 menit, sedangkan dari curug 3 menuju curug ke-4 atau curug utama (Cileat) dapat ditempuh hanya 30 menit saja.
Morofologi menuju curug utama (Cileat) sangat sempit. Suasananya mulai gelap karena rumpun bambu dan kayu-kayu besar menaungi sepanjang jalur lintasan. Sesekali terdengar suara monyet liar dan beraneka burung yang berwarna-warni.
Reliefnya membentuk huruf "n", di bagian tengahnya terdapat dua curug yang mengalir jatuh dengan deras yang saling berdampingan, inilah yang dimaksud dengan curug utama yaitu Curug Cileat. Namun, tidak terlalu banyak gambar yang saya abadikan di lokasi curug utama ini.
Pengaruh benturan air yang jatuh ke tumpukan batuan yang berada di bagian dasarnya membentuk hembusan angin yang sangat kencang. Percikan air yang terbawa membuat kamera dan badan sayapun lebih cepat basah kuyup karena pengaruhnya.
saat itupun saya berpikir dan sedikit berlama-lama di sana, membayangkan semoga ada teman lain yang datang menyusul mengunjungi objek ini. Tetapi sampai saya turun kembali ke kaki gunung tak satu pun bertemu dengan wisatawan lain yang akan berkunjung ke curug ini, padahal saat itu hari Minggu.
Sungguh pengalaman yang mengesankan dapat melihat pemandangan alam yang tidak dapat ditemui di tengah-tengah kota itu. Semoga objek tersebut selalu terjaga keindahannya.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentarnya ya, nuhun ...