Saturnus adalah sebuah planet di
tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin. Jarak Saturnus sangat
jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari
Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi,
Saturnus, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi,
Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena
sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus
diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia
dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik, terdiri beribu-ribu
cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum
diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari
lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin
juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya
gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk
cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah
satelit alami. Tujuh diantaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola
di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys,
Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet
Merkurius), dan Iapetus
Bentuk fisik
Besar Saturnus dibandingkan dengan Bumi.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub,
dan dibengkakkan keluar disekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus
sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub
Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang
diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10
jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang
massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki
massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang
mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm³
(lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus diletakan diatas
kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.
Atmosfer
Awan heksagonal kutub utara yang pertama
dideteksi oleh Voyager 1 dan akhirnya dipastikan oleh Cassini.
Komposisi
Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7%
hidrogen dan 3% helium, 0.2% metana dan 0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus
juga terdapat sedikit kandungan asetilena, etana dan fosfin.[10]
Awan
Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi
dengan kecepatan yang berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak
seperti Yupiter, awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di
khatulistiwa. Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es, dan dengan ketebalan
sekitar 10 kilometer. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K
(-10°F, -23°C). Awan diatasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari
es amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH4HS), dan diatas awan
tersebut terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas
dibuat dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270
kilometer. Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus.[10]
Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98 K
(-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih
besar daripada yang diluar karena panas yang diproduksi di bagian dalam Saturn.[11]
Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di Tata Surya,
mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph),[12] yang jauh
lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.
Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan
berbentuk lonjong yang mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas
yang ada di Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin
taufan yang ada di Bumi. Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih
didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik
Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek
dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi.[13] Bintik Putih Raksasa juga
ditemukan tahun 1876, 1903, 1933, dan tahun 1960. Jika lingkaran konstan ini
berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk
kembali.[14]
Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan
heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78° utara.
Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006. Tidak seperti kutub
utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan heksagonal dan yang menarik,
Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis terkunci di kutub selatan
dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini mendapat catatan karena tidak ada
planet lain kecuali Bumi di tata surya yang memiliki dinding mata.
Inti Planet
Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet
ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai
15.000 K (26.540 °F, 14.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti
planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas
daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari Matahari.[11]
Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun jumlah massa jenisnya
lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang
merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian
tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan helium.[15] Inti planet
Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa inti
Bumi.[
Zaman kuno dan observasi
Saturnus telah diketahui sejak zaman prasejarah.[20]
Pada zaman kuno, planet ini adalah planet terjauh dari 5 planet yang diketahui
di tata surya (termasuk Bumi) dan merupakan karakter utama dalam berbagai
mitologi. Pada mitologi Kekaisaran Romawi, Dewa Saturnus, dimana nama Planet
ini diambil dari namanya, adalah dewa pertanian dan panen.[21] Orang
Romawi menganggap Saturnus sama dengan Dewa Yunani Kronos.[21] Orang
Yunani mengeramatkan planet terluar untuk Kronos,[22] dan orang
Romawi mengikutinya.
Pada astrologi Hindu, terdapat 9 planet dimana
Tata Surya diketahui dengan nama Navagraha. Saturnus, salah satu dari mereka,
diketahui dengan nama “Sani” atau “Shani,” hakim dari semua Planet, dan
menentukan seluruhnya menurut kelakuan baik atau buruk yang mereka lakukan.[21]
Kebudayaan Tiongkok dan Jepang kuno menandakan Saturnus sebagai bintang
Bumi (土星).
Hal ini berdasarkan 5 elemen yang secara tradisional digunakan untuk
mengklasifikasikan elemen alami. Orang Ibrani kuno menyebut Saturnus dengan
nama “Shabbathai”. Malaikatnya adalah Cassiel. Kepintarannya, atau jiwa
bermanfaat, adalah Agiel (layga), dan jiwanya (jiwa gelap) adalah
Zazel (lzaz). Orang Turki Ottoman dan orang Melayu menamainya “Zuhal”, berasal
dari bahasa Arab زحل.
Cincin Saturnus membutuhkan paling sedikit
teleskop dengan diameter 75 mm untuk menemukannya dan cincin tersebut tidak
diketahui sampai ditemukan oleh Galileo Galilei tahun 1610.[23]
Galileo sempat bingung dengan cincin Saturnus dan mengira bahwa Saturnus
bertelinga. Christian Huygens menggunakan teleskop dengan perbesaran yang lebih
besar dan ia menemukan bahwa cincin itu adalah cincin Saturnus. Huygens juga
menemukan bulan dari Saturnus, Titan. Tidak lama, Giovanni Domenico Cassini
menemukan 4 bulan lainnya, Iapetus, Rhea, Tethys dan Dione. Pada tahun 1675,
Cassini juga menemukan celah yang disebut dengan divisi Cassini.[24]
Tidak ada penemuan lebih lanjut sampai tahun 1789
ketika William Herschel menemukan 2 bulan lagi, Mimas dan Enceladus. Bulan
Hyperion, yang memiliki resonansi orbit dengan Titan, ditemukan tahun 1848 oleh
tim dari Britania Raya.
Pada tahun 1899, William Henry Pickering
menemukan satelit Phoebe. Selama abad ke-20, penelitian terhadap Titan
mengakibatkan adanya konfirmasi pada tahun 1944 bahwa Titan memiliki atmosfer
yang tebal, dimana Titan menjadi bulan yang unik diantara bulan di Tata Surya
lainnya.
SUMBER : Wikipedia dan http://cafebelajar.com/planet-saturnus.html
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentarnya ya, nuhun ...