Minggu, 26 Juni 2011

Bagaimana Kabut Terbentuk

bromokabut

Pernahkah kamu melihat kabut? Lalu, apa sih kabut itu? Kabut adalah kumpulan tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di udara. Kabut mirip dengan awan, perbedaannya, awan tidak menyentuh permukaan bumi, sedangkan kabut menyentuh permukaan bumi. Biasanya kabut bisa dilihat di daerah yang dingin atau daerah yang tinggi. Kira-kira bagaimana ya kabut bisa terbentuk? Jika ingin tahu jawabannya silahkan lanjutkan membaca artikel ini selengkapnya.


kabutmutis

Pada umumnya, kabut terbentuk ketika udara yang jenuh akan uap air didinginkan di bawah titik bekunya. Jika udara berada di atas daerah perindustrian, udara itu mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut berasap, campuran yang mencekik dan pedas yang menyebabkan orang terbatuk. Di kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap fotokimia oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan mata dan merusak paru-paru. Seperti hujan asam, kabut berasap dapat dicegah dengan mengehentikan pencemaran atmosfer.

Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebangyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Nah, udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.

Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.

Saat ini ada 4 macam jenis kabut yang diketahui, yaitu :

  • Kabut Advection
  • Kabut Frontal
  • Kabut Radisi
  • Kabut Gunung

Kabut Advection

Kabut advection adalah kabut yang terbentuk dari aliran udara yang melalui suatu permukaan yang memiliki suhu yang berbeda. Salah satu contoh kabut ini adalah kabut Laut yang terjadi ketika udara yang basah dan hangat mengalir di atas suatu permukaan yang dingin. Kabut laut sering muncul di sepanjang pesisir pantai dan di tepi-tepi danau.

Salah satu jenis yang lain dari Kabut Advection disebut Kabut Uap. Kabut ini terbentuk dari aliran udara dingin yang melalui air hangat. Uap air dari hasil penguapan permukaan air secara terus menerus, bertemu dengan udara dingin. Ketika udara mencapai titik jenuh, maka kelebihan uap air secara cepat mengembun menjadi kabut yang berasal dari penguapan permukaan air. Kabut Uap sering muncul pada saat udara dingin bertiup di atas danau yang luas dan bertiup diatas danau yang hangat.

Kabut Frontal

Kabut frontal terbentuk melalui suatu pertemuan antara dua masa udara yang berbeda temperaturnya. Kabut ini terbentuk ketika hujan turun dari masa udara yang hangat ke dalam masa udara yang dingin tempat uap air menguap. Dengan demikian akan menyebabkan uap air pada udara dingin melampau titik jenuh.

Kabut Radisi

Kabut radiasi terbentuk pada malam yang tenang dan bersih, ketika tanah memancarkan kembali panas ke dalam udara. Satu lapis kabut terbentuk di seluruh permukaan tanah, dan secara bertahap bertambah menjadi tebal. Kabut Radiasi sering muncul di lembah-lembah yang dalam.

Kabut Gunung

Kabut gunung terbentuk ketika uap air bergerak menuju ke atas melewati lereng-lereng gunung. Udara dingin bergerak ke atas lereng sampai tidak sanggup menahan uap air. Titik-titik kabut kemudian terbentuk di sepanjang lereng gunung.

sumber: http://paskalina.wordpress.com/2009/01/22/bagaimana-kabut-terbentuk/

definisi hujan

Rabu, 22 Juni 2011

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.

Pengukur hujan (ombrometer) standar

Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.

Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang lebih kecil.

Beberapa kebudayaan telah membentuk kebencian kepada hujan dan telah menciptakan pelbagai peralatan seperti payung dan baju hujan. Banyak orang juga lebih gemar tinggal di dalam rumah pada hari hujan.

Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam.

Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian dilepas ke udara pada saat hujan.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Jenis-jenis hujan

Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya, ukuran butirannya, atau curah hujannya.

Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya
  • Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
  • Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
  • Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
  • Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
  • Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.


Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya
  • Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
  • Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
  • Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0° Celsius
  • Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius dengan diameter ±7 mm.


Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)
  • hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
  • hujan lebat, 50-100 mm per hari
  • hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari

[sunting] Hujan buatan

Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).

Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.

Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.

[sunting] Karakteristik

[sunting] Keasaman

Siklus hujan asam

pH hujan selalu bervariasi yang umumnya dikarenakan daerah asal hujan tersebut. Di pesisir timur Amerika, hujan yang berasal dari Samudra Atlantik biasanya memiliki pH 5,0-5,6; hujan yang berasal dari seberang benua (barat) memiliki pH 3,8-4,8; dan badai petir lokal memiliki pH serendah 2,0.[1] Hujan menjadi asam karena keberadaan dua asam kuat, yaitu asam belerang (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Asam belerang berasal dari sumber-sumber alami seperti gunung berapi dan lahan basah (bakteri penghisap sulfat); dan sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pertambangan yang mengandung H2S. Asam nitrat dihasilkan oleh sumber-sumber alami seperti petir, bakteri tanah, dan kebakaran alami; selain itu juga sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pembangkit listrik. Dalam 20 tahun terakhir, konsentrasi asam nitrat dan asam belerang dalam air hujan telah berkurang yang dikarenakan adanya peningkatan amonium (terutama amonia dari produksi ternak) yang berperan sebagai penahan hujan asam dan meningkatkan pH-nya.[2]

[sunting] Pengelompokan iklim Köppen

Peta iklim Köppen-Geiger terbaru[3]
██ Af ██ Am ██ Aw
██ BWh ██ BWk ██ BSh ██ BSk
██ Csa ██ Csb
██ Cwa ██ Cwb
██ Cfa ██ Cfb ██ Cfc
██ Dsa ██ Dsb ██ Dsc ██ Dsd
██ Dwa ██ Dwb ██ Dwc ██ Dwd
██ Dfa ██ Dfb ██ Dfc ██ Dfd
██ ET ██ EF

Klasifikasi Köppen bergantung pada nilai suhu dan presipitasi rata-rata bulanan. Bentuk klasifikasi Köppen yang umum digunakan memiliki lima jenis utama mulai dari A hingga E. Jenis utama tersebut adalah A, tropis; B, kering; C, sejuk lintang menengah; D, dingin lintang menengah; dan E, kutub. Lima klasifikasi utama ini dapat dibagi lagi menjadi klasifikasi sekunder seperti hutan hujan, monsun, sabana tropis, subtropis lembap, daratan lembap, iklim lautan, iklim mediterania, stepa, iklim subarktik, tundra, daratan es kutub, dan gurun.

Hutan hujan ditandai dengan curah hujan tinggi yang minimum normal tahunnya antara 1,750 millimetre (69 in) dan 2,000 millimetre (79 in).[4] Sebuah sabana tropis adalah bioma daratan rumput yang terletak di kawasan iklim semi-gersang hingga semi-lembap di lintang subtropis dan tropis dengan curah hujan antara 750 millimetre (30 in) dan 1,270 millimetre (50 in) per tahun. Sabana tropis tersebar di Afrika, India, wilayah utara Amerika Selatan, Malaysia, dan Australia.[5] Zona iklim subtropis lembap adalah daerah yang hujan musim dinginnya dikaitkan dengan badai besar yang diarahkan angin westerlies dari barat ke timur. Kebanyakan hujan musim panas terjadi selama badai petir dan siklon tropis.[6] Iklim subtropis lembap terletak di daratan sebelah timur, antara lintang 20° dan 40° derajat dari khatulistiwa.[7]

Iklim lautan (atau oseanik/maritim) dapat dijumpai di sepanjang pesisir barat di lintang tengah seluruh benua di dunia, berbatasan dengan lautan dingin dan wilayah tenggara Australia, dan memiliki presipitasi besar sepanjang tahun.[8] Iklim mediterania membentuk iklim benua di Cekungan Mediterania, sebagian wilayah barat Amerika Utara, sebagian Australia Barat dan Selatan, wilayah barat daya Afrika Selatan dan sebagian wilayah tengah Chili. Iklim ini ditandai oleh musim panas yang panas dan kering dan musim dingin yang dingin dan basah.[9] Stepa adalah daratan rumput kering.[10] Iklim subarktik bersifat dingin dengan permafrost abadi dan presipitasi kecil.[11]

[sunting] Pengukuran

[sunting] Intensitas

Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:

  • Gerimis — ketika tingkat presipitasinya < 2.5 millimetre (0,098 in) per jam
  • Hujan sedang — ketika tingkat presipitasinya antara 2.5 millimetre (0,098 in) - 7.6 millimetre (0,30 in) atau 10 millimetre (0,39 in) per jam[12][13]
  • Hujan deras — ketika tingkat presipitasinya > 7.6 millimetre (0,30 in) per jam,[12] atau antara 10 millimetre (0,39 in) dan 50 millimetre (2,0 in) per jam[13]
  • Hujan badai — ketika tingkat presipitasinya > 50 millimetre (2,0 in) per jam[13]

[sunting] Periode kembali

Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau periode kembali.[14] Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi badai apapun dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan.[15] Istilah badai 1 dalam 10 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi sekali setiap 10 tahun, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun. Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih buruk daripada badai terburuk yang terjadi dalam satu tahun. Istilah badai 1 dalam 100 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang sangat jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam satu abad, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 1 persen setiap tahun. Hujan akan menjadi ekstrem dan banjir lebih parah daripada peristiwa 1 dalam 10 tahun tersebut. Seperti semua peristiwa kemungkinan, "badai 1 dalam 100 tahun" bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.[16]

[sunting] Klimatologi global

Air sebanyak 505,000 kubik kilometer (121.000 cu mi) jatuh sebagai hujan setiap tahunnya di seluruh dunia, 398,000 kubik kilometer (95.000 cu mi) jatuh ke lautan.[17] Jika dibandingkan dengan luas permukaan Bumi, curah hujan rata-rata tahunan secara global mencapai 990 millimetre (39 in). Padang pasir ditetapkan sebagai wilayah dengan curah hujan rata-rata tahunan kurang dari 250 millimetre (10 in) per tahun,[18][19] atau sebagai wilayah ketika air lebih banyak yang menguap akibat evapotranspirasi daripada yang jatuh sebagai presipitasi.[20]

[sunting] Gurun

Gurun-gurun terbesar

Setengah benua Afrika di bagian utara didominasi gurun pasir atau wilayah gersang, termasuk Gurun Sahara. Di Asia, wilayah yang curah hujan minimum tahunannya besar, sebagian besar terdiri dari gurun pasir mulai dari Gurun Gobi di barat-baratdaya Mongolia melintasi barat Pakistan (Balochistan) dan Iran hingga Gurun Arab di Saudi Arabia. Sebagian besar Australia semi-gersang atau terdiri dari gurun pasir,[21] sehingga menjadikannya benua berpenghuni terkering di dunia. Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menahan kelembapan Samudra Pasifik yang tiba di benua ini, sehingga memunculkan iklim mirip gurun di wilayah barat Argentina.[22] Wilayah kering di Amerika Serikat adalah wilayah tempat gurun Sonora menyapu Desert Southwest, Great Basin, dan Wyoming bagian tengah.[23]

[sunting] Daerah terlembap

Cherrapunji, terletak di lereng selatan Himlaya Timur di Shillong, India adalah salah satu kawasan terlembap atau terbasah di Bumi, dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai 11,430 mm (450 in). Curah hujan tertinggi yang tercatat dalam satu tahun adalah 22,987 mm (905,0 in) pada 1861. Rata-rata 38 tahun di Mawsynram, Meghalaya, India adalah 11,873 mm (467,4 in).[24] Daerah terlembap di Australia adalah Mount Bellenden Ker di timur laut negara ini yang memiliki curah hujan rata-rata 8,000 millimetre (310 in) per tahun. Pada 2000, curah hujan di daerah ini mencetak rekor tertinggi yaitu 12,200 mm (480,3 in).[25] Mount Waialeale di pulau Kaua'i di Kepulauan Hawaii memiliki curah hujan rata-rata lebih dari 11,680 millimetre (460 in) dalam 32 tahun terakhir, dengan rekor 17,340 millimetre (683 in) tahun 1982. Puncaknya dianggap sebagai salah satu daerah terbasah di Bumi. Daerah ini telah dipromosikan dalam literatur wisata selama beberapa tahun sebagai tempat terbasah di Bumi.[26] Lloró, sebuah kota di Chocó, Kolombia, dianggap seabgai daerah dengan curah hujan terukur terbesar di dunia, rata-rata mencapai 13,300 mm (520 in) per tahun.[27] Departemen Chocó sangat lembap. Tutunendo, sebuah kota di departemen ini merupakan salah satu tempat yang diperkirakan terlembap di Bumi, rata-rata tahunannya mencapai 11,394 mm (448,6 in); pada tahun 1974, kota ini memiliki curah hujan 26,303 mm (3,6 in), curah hujan tahunan terbesar yang pernah diukur di Kolombia. Tidak seperti Cherrapunji yang hujan antara April dan September, Tutunendo mengalami hujan tersebar merata sepanjang tahun.[28] Quibdó, ibu kota Chocó, mengalami hujan paling banyak di Bumi di antara kota-kota lebih dari 100.000 jiwa, yaitu 9,000 millimetre (350 in) per tahun.[27] Badai di Chocó dapat menghasilkan curah hujan 500 mm (20 in) dalam satu hari. Jumlah ini lebih banyak daripada curah hujan di berbagai kota di dunia dalam satu tahun.

PENYEBAB VARIABILITAS HUJAN DI INDONESIA

sumber: http://mbojo.wordpress.com/2008/05/10/penyebab-variabilitas-hujan-di-indonesia/

Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anonim, ? ). Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi.

Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua samudra dan dua benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas moonson yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim di Indonesia ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun (Boer, 2003).

Fenomena El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Menurut Boer (2003) sejak tahun 1844 Indonesia telah mengalami kejadian kekeringan atau jumlah curah hujan di bawah rata-rata normal tidak kurang dari 43 kali. Dari 43 kali kejadian tersebut hanya 6 kali kejadiannya tidak bersamaan dengan kejadian fenomena El-Nino, hal ini menunjukkan bahwa keragaman hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena ini.

Menurut penelitia Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi seperti yang diungkapkan oleh Irianto (2003) bahwa dampak dari fenomena El-Nino menyebabkan penurunan jumlah curah hujan musim hujan, musim kemarau, awal musim kemarau lebih cepat dan awal musim hujan lebih lambat. Irianto, dkk (2000) juga mengungkapkan bahwa pada saat fenomena El-Nino terjadi, curah hujan untuk wilayah Pulau Jawa dan Nusa Tenggara mengalami penurunan jumlah hujan yang mencapai 60% dari rata-rata curah hujan normal. Berbeda dengan El-Nino, pada saat fenomena La-Nina berlangsung menurut Effendy (2001) akan meningkatkan jumlah curah hujan tahunan sekitar 50 mm dari curah hujan rata-rata normal, dimana saat bulan Desember, Januari dan Februari curah hujan meningkat sangat nyata. Irianto, dkk (2000) mengatakan bahwa pada saat fenomena La-Nina terjadi di Pulau Jawa curah hujan meningkat sampai 140%, sedangkan di Pulau Sumatra dan Kalimantan peningkatannya mencapai 120%. Boer (2003) juga mengatakan bahwa La-Nina berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah curah hujan pada musim kemarau dari pada jumlah hujan pada saat musim hujan.

Liong, dkk (2003) mengatakan bahwa pengaruh ENSO cukup kuat untuk berbagai tempat di Indonesia. Dengan melihat anomali SST pada Niño 3.4, perioda 1961 sd 2001 wilayah Maritime Continent bagian timur mempunyai koefisien korelasi sekitar –0,6 pada waktu terjadi El Niño sedangkan wilayah NAIM (North Australia-Indonesian Monsoon) hanya sekitar –0,3. Untuk wilayah Maritime Continent bagian barat dan SEAM (South East Asia Monsoon) masih belum ada kesimpulan yang jelas karena ada yang berkorelasi –0.7 untuk Padang pada tahun El Niño 97/98 tetapi berkorelasi –0.2 pada tahun El Niño 82/83 demikian juga untuk Medan berkorelasi –0.45 pada tahun 97/98 tetapi berkorelasi 0.11 pada tahun 82/83, sehingga dapat dikatakan korelasinya dengan El Niño sangat lemah. Untuk Maritime Continent barat khususnya Jawa Barat dan Sumatra Selatan pengaruh IOD diperhitungkan. Pada umumnya ketika terjadi El Niño, DMI (Dipole Mode Index) positif sehinga efeknya saling memperkuat tetapi ada kasus ketika bukan tahun El Niño Indonesia kering, ternyata ketika itu DMI positif, jadi tahun Indonesia kering ketika bukan tahun El Niño dapat dijelaskan dari pengaruh IOD. Menurut Hendon (2003) dalam Aldrian dan Susanto (2003) variabilitas SST di Niño 3.4 diperkirakan mempengaruhi 50% variasi curah hujan seluruh Indonesia, sedangkan variabilitas SST di Samudera Hindia hanya mempengaruhi 10-15% curah hujan di seluruh Indonesia.

Pengaruh fenomena El-Nino terhadap hujan di Indonesia sangat beragam. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan moonson, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal (Tjasyono, 1997 dalam Irianto, dkk., 2000), sedangkan IOD hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monson (Nugroho and Yatini, 2007).

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik dan Samudera Hindia (ENSO dan IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yg dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi variabilitas hujan di Indonesia. MJO adalah osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik . Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, suhu permukaan laut (SPL), awan dan hujan. fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan dengan musim hujan (Desember, Januari dan Februari) atau angin munsoon barat dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. gambar di bawah menunjukkan pergerakan pola hujan serta anomalinya pada daerah-daerah yang dilewati oleh MJO.

Susahnya Memprediksi Hujan

Hari ini cuaca di denpasar dingin bangat. Hujan mulai tadi subuh dan berhenti siangnya. Sekarang bulan Juni, berdasarkan teori pada bulan Juni adalah masa2 musim kemarau. JJA atau Juni, Juli dan Agustus adalah musim kemarau dengan curah hujan yg rendah pada daerah2 berpola hujan munsoon apalagi untuk daerah bali dan nusa tenggara. Bali dan nusa tenggara merupakan daerah yang curah hujannya sangat di pengaruhi oleh keberadaan benua australia (Oledman, 1981) dimana pada saat periode JJA pola angin yg terjadi adalah pola angin munsoon tenggara. Angin munsoon tenggara sangat sedikit membawa uap air, sehingga wilayah yg dilewatinya mengalami musim kemarau.

Saat ini banyak sekali terjadi petani salah memulai awal musim tanam karena salah memprediksi awal musim hujan dam akhir musim kemarau. Kompas menceritakan bahwa produksi tanaman tembakau menurun akibat dari berubahnya polah hujan pada saat musim petik daun pertama.

Menurut beberapa ahli telah terjadi perubahan iklim yang salah satu indikasinya adalah perubahan pola hujan, tapi ada beberapa ahli yang menyatakan belum terjadi perubahan iklim karena, kerana perubahan pola hujan ini masih dalam taraf perubahan variabilitas saja akibat adanya anomali2 iklim seperti siklon2 tropis dan dan kejadian El Nino dan La Nina.

Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling bervariasi, terutama di daerah tropis. Boer (2003) mengatakan bahwa hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat, oleh karena itu kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada faktor hujan.

Menurut Ana Turyanti (2006) Hujan dipandang sebagai salah satu variabel peramalan cuaca dan iklim yang sangat penting karena mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia di berbagai sektor seperti pertanian, perhubungan, perdagangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sebagainya. Namun demikian, hujan merupakan salah satu variabel atmosfer yang paling sulit diprediksi, dan pada saat ini masih merupakan tantangan yang besar bagi para peneliti meteorologi. Dari sejumlah model yang digunakan di dunia pada saat ini, belum satupun yang dapat memberi prediksi hujan yang cukup baik, terutama untuk wilayah katulistiwa. Wilayah ini memang memiliki tingkat non-liearitas yang tinggi, sehingga kondisi atmosfer di wilayah ini lebih sulit diprediksi dibandingkan dengan wilayah di lintang tinggi.

Kenapa? Karena faktor penyebab hujan itu sangat banyak. Secara umum keragaman hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keberadaannya di garis katulistiwa, aktifitas moonson, bentangan samudera Pasifik dan Hindia serta bentuk topografi yang sangat beragam. Gangguan siklon tropis (El-Nino, La-Nina, Madden Julian Oscillation (MJO) dan angin badai) diperkirakan juga ikut berpengaruh terhadap keragaman curah hujan.

Normalnya daerah indonesia adalah daerah bebas dari kejadian siklon tropis, dimana menurut tjasyono (2004) 65% kejadian siklon tropis terjadi di antara 10o dan 20o dari equator. Akan tetapi efek dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di sekitarnya meliputi curah hujan yang tinggi, angin kencang dan gelombang badai (strom surge). Masih dalam buku yg sama Tjasyono mengatakan bahwa sekitar 2/3 kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi utara.

BMG (2006) menyatakan bahwa awal musim hujan untuk tahun 2006 ini mundur akibat anomali atau penyimpangan suhu permukaan air laut di selatan Pulau Jawa dan Barat sumatera, pada saat itu suhu permukaan air lautnya masih rendah sehingga penguapan dan produksi awan masih sedikit.

Seringnya terjadi anomali atau penyimpangan ini mungkin disebabkan oleh efek pemanasan global, sehingga proses penyeimbangan panas atau suhu bumi sebagai faktor penggerak cuaca juga mengalami perubahan sehingga mengakibatkan munculnya siklon2 tropis yang tidak pada waktu dan tempatnya.

Balitklimat, pada pertengahan bulan Maret 2007 telah mengeluarkan Peta Pergeseran Permulaan Musim Kemarau 2007 terhadap Normal dan Peta Permulaan Musim Kemarau 2007 di sentra produksi padi di pulau Jawa yang didasarkan pada kondisi curah hujan 30 tahun terakhir. Berikut disajikan kedua peta tersebut.

Peta Permulaan Musim Kemarau 2007 terhadap normal di sentra produksi padi pulau jawa

Peta permulaan musim kemarau 2007 di sentra produksi padi pulau jawa

Sumber:
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Cetakan Ke-2. IPB Press
Boer, Rizaldi. 2003. Penyimpangan Iklim Di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
www.kompas.com
http://balitklimat.litbang.deptan.go.id
www.bmg.go.id

posisi matahari pada tanggal 22 juni 2011

Pengaruh Revolusi Bumi
Revolusi Bumi adalah peredaran bumi mengelilingi matahari. Bumi mengelilingi matahari pada orbitnya sekali dalam waktu 365¼.waktu 365¼ atau satu tahun surya disebut kala revolusi bumi. Ternyata poros bumi tidak tegak lurus terhadap bidang ekliptika melainkan miring dengan arah yang sama membentuk sudut 23,50 terhadap matahari, sudut ini diukur dari garis imajiner yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan yang disebut dengan sumbu rotasi. Revolusi ini menimbulkan beberapa gejala alam yang berlangsung secara berulang tiap tahun diantaranya perbedaan lama siang dan malam, gerak semu tahunan matahari, perubahan musim, dan perubahan penampakan rasi bintang, serta kalender masehi.
  1. Perbedaan Lama Siang dan Malam Kombinasi antara revolusi bumi serta kemiringan sumbu bumi terhadap bidang ekliptika menimbulkan beberapa gejala alam yang diamati berulang setiap tahunnya. Peristiwa ini nampak jelas diamati di sekitar kutub utara dan kutub selatan.
    1. Antara tanggal 21 Maret s.d 23 September
      • Kutub utara mendekati matahari, sedangkan kutub selatan menjauhi matahari
      • Belahan bumi utara menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi selatan.
      • Panjang siang dibelahan bumi utara lebih lama daripada dibelahan bumi selatan
      • Ada daerah disekitar kutub utara yang mengalami siang 24 jam dan ada daerah disekitar kutub selatan yang mengalami malam 24 jam.
      • Diamati dari khatulistiwa, matahari tampak bergeser ke utara.
      • Kutub utara paling dekat ke matahari pada tanggal 21 juni. Pada saat ini pengamat di khatulistiwa melihat matahari bergeser 23,5o ke utara.
    2. Antara tanggal 23 September s.d 21 Maret
      • Kutub selatan lebih dekat mendekati matahari, sedangkan kutub utara lebih menjauhi matahari.
      • Belahan bumi selatan menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi utara.
      • Panjang siang dibelahan bumi selatan lebih lama daripada belahan bumi utara
      • Ada daerah di sekitar kutub utara yang mengalami malam 24 jam dan ada daerah di sekitar kutub selatan mengalami siang 24 jam.
      • Diamati dari khatulistiwa, matahari tampak bergeser ke selatan.
      • Kutub selatan berada pada posisi paling dekat dengan matahari pada tanggal 22 Desember. Pada saat ini pengamat di khatulistiwa melihat matahari bergeser 23,5o ke selatan.
    3. Pada tanggal 21 Maret dan 23 Desember
      • Kutub utara dan kutub selatan berjarak sama ke matahari
      • Belahan bumi utara dan belahan bumi selatan menerima sinar matahari sama banyaknya.
      • Panjang siang dan malam sama diseluruh belahan bumi.
      • Di daerah khatulistiwa matahahari tampak melintas tepat di atas kepala.
  2. Gerak Semu Tahunan Matahari Pergeseran posisi matahari ke arah belahan bumi utara (22 Desember – 21 Juni) dan pergeseran posisi matahari dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan (21 Juni – 21 Desember ) disebut gerak semu harian matahari. Disebut demikian karena sebenarnya matahari tidak bergerak. Gerak itu akibat revolusi bumi dengan sumbu rotasi yang miring.
  3. Perubahan Musim Belahan bumi utara dan selatan mengalami empat musim. Empat musim itu adalah musim semi, musim panas, musim gugur,, dan musim dingin. Berikut ini adalah tabel musim pad waktu dan daerah tertentu di belahan bumi
    Musim-musim dibelah bumi utara
    Musim semi : 21 Maret – 21 Juni
    Musim panas : 21 Juni – 23 September
    Musim gugur : 23 September – 22 Desember
    Musim Dingin : 22 Desember – 21 Maret
    Musim-musim dibelah bumi selatan
    Musim semi : 23 September – 22 Desember
    Musim panas : 22 Desember – 21 Maret
    Musim gugur : 21 Maret – 22 Juni
    Musim Dingin : 21 Juni – 23 September
  4. Perubahan Kenampakan Rasi Bintang Rasi bintang adalah susunan bintang-bintang yang tampak dari bumi membentuk pola-pola tertentu. Bintang-bintang membentuk sebuah rasi sebenarnya tidak berada pada lokasi yang berdekatan. Karena letak bintang-bintang itu sangat jauh, maka ketika diamati dari bumi seolah-olah tampak berdekatan. Rasi bintang yang kita kenal antara lain Aquarius, Pisces, Gemini, Scorpio, Leo, dan lain-lain
    Kita yang berada di bumi hanya dapat melihat bintang pada malam hari. Ketika bumi berada disebelah timur matahari, kita hanya dapat melihat bintang-bintang yang berada di sebelah timur matahari. Ketika bumi berada di sebelah utara matahari, kita hanya dapat melihat bintang-bintang yang berada di sebelah utara matahari. Akibat adanya revolusi bumi, bintang-bintang yang nampak dari bumi selalu berubah. Berarti rasi bintang yang nampak dari bumi juga berubah.
  5. Kalender Masehi Berdasarkan pembagian bujur, yaitu bujur barat dan bujur timur, maka batas penaggalan internasional ialah bujur 180o , akibatnya apabila dibelahan timur bujur 180o tanggal 15 maka di belahan barat bujur 180o masih tanggal 14, seolah-olah melompat satu hari. Hitungan kalender masehi berdasarkan pada kala revolusi bumi, dimana satu tahun sama dengan 365 ¼ hari. Kalender masehi yang mula-mula digunakan adalah kalender Julius Caesar atau kalender Julian. Kalender julian berdasarkan pada selang waktu antara satu musim semi dengan musim semi berikutnya dibelahan bumi utara. Selang waktu ini tepatnya adalah 365,242 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 46 sekon. Julius Caesar menetapkan perhitungan kalender sebagai berikut.
    • Lama waktu dalam setahun adalah 365 hari
    • Untuk menampung kelebihan ¼ hari pada tiap tahun maka lamanya satu tahun diperpanjang 1 hari menjadi 366 hari pada setiap empat tahun. Satu hari tersebut ditambahkan pada bulan februari. Tahun yang lebih panjang sehari ini disebut tahun kabisat
    • Untuk mempermudah mengingat, maka dipilih sebagai tahun kabisat adalah tahun yang habis di bagi empat. Contohnya adalah 1984,2000, dan lain-lain

penyebab indonesia sering terjadi longsoran tanah

Selasa, 21 Juni 2011

Jika kamu tinggal di negara Indonesia tentu bencana yang sering melanda adalah banjir, gempa dan kalau tidak tanah longsor. Banyak akibat dari bencana ini yang mungkin dapat mengakibatkan kehilangan tempat tinggal dan kematian.

Bintang memang sampai detik ini belum pernah mengalami bencana tanah longsor. Karena tempat tinggal bintang memang sepertinya tidak memungkinkan hal itu terjadi, kecuali jika penyebabnya adalah gempa yang suangat Hebat.

Dan berikut artikel lebih lengkap tentang Penyebab dari tanah longsor baik di indonesia maupun dunia:

Bencana tanah longsor ini dapat terjadi jika gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan.Gaya pendorong diakibatkan oleh oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah.

Ini semua dimulai saat musim kering yang panjang, pada saat itu terjadi penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Akibatnya terjadi rongga-rongga dalam tanah yang kemudian disusul adanya retakan dan rekahan di dalam tanah.

Di indonesia biasanya bencana tanah longsor terjadi pada bulan november. Tahu sendirikan di bulan itu intensitas curah hujan meningkat. Melalui tanah yang merekah pada musing kering itu, air hujan akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.

Ditambah sudut lereng yang terjal atau mencapai sekitar 180 derajat sehingga dapat menyebabkan tanah longsor. Dan sudah barang tentu akibat paling pahit akan dialami oleh orang yang tinggal di dekatnya.

Akibat dari Tanah longsor sebenarnya bisa dihindari seperti membuat vegetasi atau tidak tinggal di tempat penyebab bencana ini dapat terjadi. Masih banyak kok tanah untuk tempat tinggal yang layak di indonesia.

sumber: http://blogbintang.com/penyebab-tanah-longsor-di-indonesia

LINGKUNGAN HIDUP: Bencana Alam Memicu Darurat Ekologi

Senin, 20 Juni 2011

Banda Aceh, Kompas - Wilayah Provinsi Aceh saat ini dinilai sudah memasuki tahap darurat ekologi. Kerusakan hutan, terutama oleh karena pembukaan lahan untuk perkebunan, pertambangan, dan penebangan liar, terus meluas. Akibatnya, bencana alam hampir setiap hari terjadi dengan intensitas meningkat dalam empat tahun terakhir.

Demikian diungkapkan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia - (Walhi) Aceh TM Zulfikar, Selasa (14/6) di sela-sela acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2011 di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh. Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan penanaman ratusan pohon di areal kompleks Pemakaman Syiah Kuala.

”Fakta krisis dan bencana menunjukkan bahwa Aceh sebenarnya telah berada dalam situasi darurat ekologi. Tiada hari tanpa bencana. Dalam kurun waktu 2007-2010, telah terjadi 2.850 bencana di Aceh. Artinya, tiap hari ada dua kejadian bencana di Aceh dalam empat tahun terakhir,” katanya.

Rangkaian bencana itu terjadi seiring kerusakan hutan di Aceh yang kian parah dalam empat tahun terakhir. Rata-rata tingkat kehilangan hutan atau deforestasi di Aceh mencapai 32.200 hektar per tahun pada tahun 2007 atau 1 persen dari total luas hutan yang ada. Sampai tahun 2009 luas hutan di Aceh tinggal 3,22 juta hektar dari sebelumnya seluas 3,31 juta hektar.

Koordinator Gerakan Masyarakat Anti Tambang Aceh Robby Firmansyah mengatakan, berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh sampai Mei, ada 77 perusahaan yang memiliki izin usaha pertambangan yang mendapat rekomendasi Gubernur Aceh. Rekomendasi untuk enam perusahaan di antaranya dikeluarkan gubernur sebelum Irwandi Yusuf.

Bahkan, sampai beberapa perusahaan mendapat rekomendasi dari Irwandi, seperti PT Agra Budi Jasa Bersama, yang memproduksi batubara di Aceh Barat dengan masa izin sampai tahun 2028.

Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan Aceh Husaini Syamaun mengatakan, menjaga kelestarian hutan bukan hal gampang. Banyak faktor yang harus diperhatikan, termasuk kebutuhan ekonomi dan investasi.

Tambang

Terkait dengan pertambangan, lebih kurang 20 persen dari luas total lahan pertambangan di Kalimantan Tengah digarap perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan yang menambang dengan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) itu bisa memiliki banyak konsesi.

Direktur Walhi Kalteng Arie Rompas di Palangkaraya, Selasa, mengatakan, di Kalteng terdapat lebih dari 675 perusahaan pertambangan dengan luas lahan yang digarap sekitar 3,78 juta hektar. Sekitar 20 perusahaan di antaranya merupakan pihak asing. (HAN/BAY)

Sumber: http://cetak.kompas.com/read/2011/06/15/03075780/bencana.alam.memicu...darurat.ekologi.


KUMPULAN FOTO DARI DINDING FACEBOOK

 
 
 

YANG SAYA UCAPKAN UNTUK ANDA

......terimakasih telah berkesempatan mengunjungi blog kami .....